Ari Julianto says:


You may copy and share the contents in my blog, but please cite my blog address as your reference. I only accept the comments that relate to the postings in this blog. For private and personal issues, you may contact me at
mr.ari69@gmail.com

Kesalahpahaman terhadap The Correlation, The Effect dan The Ability


Kesalahpahaman terhadap 

The Correlation, The Effect dan 
The Ability

                                                                              Written by Ari Julianto

     Belakangan ini ada suatu keselapahaman yang berkembang pada penelitian terhadap siswa. Kesalapahaman itu mungkin terbentuk akibat suatu keharusan yang disesuaikan dengan judul skripsi/thesis. Ada tiga penelitian yang menggunakan judul tertentu yang selama ini mengalami
mispersepsi.
     Ketiga jenis penelitian yang saya maksudkan tersebutkan adalah penelitian yang menggunakan judul The Correlation, The Effect dan The Ability. 
     Selama ini mahasiswa ataupun dosen menilai setiap skripsi/thesis dengan judul menggunakan The Correlation pada akhir kesimpulan (conclusion) harus memiliki korelasi. Begitu juga dengan The Effect dimana kesimpulan akhirnya harus memiliki dampak. Hal tersebut juga dialami pada judul skripsi/thesis yang mengandung kata The Ability dimana hasil riset disimpulkan harus mampu.
     Dilema semacam ini mungkin terjadi disebabkan kekakuan dalam memberikan dan memahami sebuah penelitian. Sebenarnya, penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil check-up medis yang kemudian dilakukan diagnosis sehingga berakhir pada kesimpulan dokter.
     Jadi, tidak mungkin hasil diagnosis dokter diharuskan positif tanpa tawar menawarkan atau diganggu gugat. Begitu juga terhadap ketiga jenis skripsi/thesis yang menggunakan judul The correlation, The Effect dan The Ability.
     Menurut Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics (Jack C. Richards dan Richard Schmidt. 2002) Correlation didefinisikan sebagai a measure of the strength of the relationship or association between two or more sets of data.
     Sedangkan correlational research didefinisikan sebagai research carried out to examine the nature of the relationship between two naturally occurring variables.
     Kemudian penelitian the Effect didefinisikan sebagai a measure of the strength of one variable’s effect on another or the relationship between two or more variables. 
     Sedangkan menurut Longman Dictionary of American English (2009) the ability didefinisikan sebagai the state of being able to do something, or your level of skill at doing something. Jadi, dari ketiga definisi itu dapat disimpulkan bahwa jenis riset tersebut memiliki arti to measure dan to examine. Jika kita mengukur berarti jawabannya belum pasti pada titik tertentu bisa iya atau tidak.
     Begitupun jika kita menguji, hasilnya bisa lulus atau gagal. Sungguh disesalkan jika ketika ditawarkan judul skripsi/thesis The correlation, The Effect dan The Ability muncul pertanyaan "Dimana hubungannya? Apa ada hubungannya....dimana dampaknya?Apa ada dampaknya...Apa siswa mampu melakukan itu? Mana mampu mereka..."
     Bukankah pertanyaan-pertanyaan tersebut memang akan diajukan dalam formulation of the problem?   Melalui posting di blog saya ini, saya ingin mengingatkan kepada para mahasiswa agar tidak terjebak dengan kesalapahaman tersebut.

Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Syarat Judul Skripsi atau Thesis

             Syarat Judul Skripsi atau Thesis
                                                                      

                                                          Written by Ari Julianto


    Judul sebuah skripsi/thesis selalu menjadi patokan awal dan perdebatan bagi para mahasiswa, dosen, sekretaris program studi (prodi), ketua prodi dan bahkan dekan yang bersangkutan. Sudah berpuluh judul yang diajukan mahasiwa dan berpuluh judul juga ditolak. Walhasil, mahasiswa itu akan mengalami keputus-asaan, dan bahkan mengarah pada stress dan trauma.

    Menurut saya, judul-judul yang diajukan para mahasiswa itu sebenarnya tidak ada yang berstatus 'ditolak'. Semuanya layak untuk dijadikan judul skripsi. Hanya saja, banyak pertimbangan yang harus dilakukan seperti, penelitian tersebut sudah pernah dilakukan dalam rentang waktu belum setahun, terlalu simple dan variablenya sangat sederhana, akan menyulitkan mahasiswa itu sendiri nantinya, atau tidak ada manfaatnya sama sekali bagi orang lain.

    Dan itulah sebenarnya tugas sekretaris dan ketua prodi untuk mengarahkan judul yang diajukan mahasiswa itu menjadi tepat dan terarah. Secara pribadi, saya kurang setuju dengan sikap aksi membuat tanda silang (X) pada setiap judul yang diajukan para mahasiswa. Tindakan seperti itu sama seperti memberi warna merah pada angka 5 di nilai rapor siswa. Dampak psikologisnya memang tidak terlihat secara langsung namun jika hal tersebut terjadi secara berulang-ulang maka akan memiliki fatal effect.

    Saya tidak memihak dari sisi manapun sebab di satu sisi, mahasiswa itu sendiri juga kurang paham dengan judul yang dia ajukan. Sudah pasti dalam hal ini para dosen lebih berperan besar membantu, mengarahkan dan membimbing para mahasiswa yang ilmu semasa perkuliahan itu sedikit dicerna.
    Namun, yang terpenting adalah judul yang diajukan itu memang harus memiliki syarat seperti yang dikemukakan Arikuntodalam Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Harus sesuai dengan minat,
2. Harus dapat dilaksanakan,
3. Harus tersedia faktor pendukung,
4. Harus bermanfaat bagi ilmu pengetahuan adean praktek,
5. Bukan merupakan ulangan

     Lebih lanjut Arikunto menyatakan bahwa judul skripsi atau penelitian itu harus memiliki rumusan yang jelas sehingga ia menggambarkan antara lain:
1. Sifat dan jenis penelitian,
2. Objek yang diteliti,
3. Subjek penelitian,
4. Lokasi/daerah penelitian,
5. Tahun/waktu terjadinya peristiwa

     Prosedur pengajuan judul untuk setiap fakultas atau perguruan tinggi memang tidak sama. Saya belum melihat idealnya prosedur tersebut bagaimana. Apakah harus tiga judul atau satu judul saja.
     Seorang sahabat saya semasa kuliah dulu pernah menyarankan agar judul yang diajukan tersebut hanya satu judul saja.Namun, si mahasiswa wajib mengetahui jenis, metode, rancangan, permasalahan, signifikan, serta prosedur penelitian dan sebagainya.
     Kita semua sama-sama mengerti bahwa English is a foreign language and not our mother tongue besides students are just beginning to be researchers not real ones.

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.

RELATED POSTINGS
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/unsur-kata-yang-tidak-perlu-di-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/3-model-judul-skripsi-fkip-bhs-inggris.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/metode-penulisan-judul-skripsi-fkip-bhs.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/04/jika-judul-dan-isi-skripsi-tidak.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/05/jika-dua-mahasiswa-memiliki-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/07/jangan-terjebak-dengan-judul-skripsi.html

Penggunaan Tense dalam Skripsi/Thesis

Penggunaan Tense dalam Skripsi/Thesis
 

Written by Ari Julianto  

Penggunaan tense dalam penulisan skripsi, thesis atau karya tulis ilmiah lainnya memang mempengaruhi interpretasi para pembaca teks Anda. Sebagaimana kita ketahui, past tense memberi kesan perspektif masa lalu dimana hal itu bisa membuat para pembaca kembali ke belakang. Sementara present tense sering digunakan untuk peristiwa secara umum.
    Berikut ini saya mencoba menyampaikan deskrpsi ringkas penggunaan tense dalam penulisan skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya. Tense dalam kata kerja yang Anda pilih memiliki peran penting bagi para pembaca dan ia bukan sekedar kerangka waktu (time frame).
    Pada umumnya dalam suatu skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya terdapat empat bentuk tenses yang sering dipakai antara lain:

1. The present tense
      Ini digunakan untuk generalisasi (dalam pandangan, statement poin pokok) yang relevan secara umum. Juga melaporkan posisi seorang teoritis atau peneliti dalam melaporkan hasil penelitiannya.

2. The past tense
      Ini digunakan untuk mengklaim non-generality literature masa lalu, yakni melaporkan atau mendeskripsikan isi, temuan atau kesimpulan riset terdahulu. 

3. The present perfect
      Ini digunakan untuk mengindikasikan adanya data khusus yang masih berkelanjutan, atau menyajikan suatu pandangan bentuk non-integral referencing (nama si penulis tidak muncul dalam teks kalimat, ia muncul hanya dalam parentheses).

4. The future tense
      Ini sering digunakan di bagian methodology dalam sebuah proposal untuk menyatakan minat untuk melakukan sebuah penelitian.Jika ketika Anda mendeskripsikan apa yang muncul dalam tulisan, gunakanlah present tense bukan future sebab Anda sudah melakukan penelitian tersebut misalnya The sections below describe the process of …, bukan The sections below will describe the process of

Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Prinsip Pembelajaran

  Prinsip Pembelajaran
           Written by Ari Julianto


I. Defenisi Prinsip Pembelajaran
        Prinsip dikatakan juga landasan dan berupa kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi
1) bahan yang akan dibelajarkan,
2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan),
3) gurunya, dan
4) siswanya.
 
II Ragam Prinsip Pembelajaran  
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
1. Prinsip umum
       Yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya sebagai berikut.

a.  Prinsip motivasi
       Yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.

b. Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami
       Yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.

c. Prinsip pemecahan masalah
       Yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.

d. Prinsip perbedaan individual
       Yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.

2. Prinsip khusus
       Yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut.

a. Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
       Yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.

b. Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas.
       Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).

c. Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.

d. Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Teknik Pembelajaran


Teknik Pembelajaran
      Written by Ari Julianto

    Untuk mencapai tujuan pembelajaran, ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru yakni teknik.Teknik merupakan langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas yang berisikan trik, strategi, atau urutan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teknik harus sesuai dengan metode dan pendekatan.

    Dengan kata lain, teknik merupakan cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik pengajaran atau mengajar adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru untuk melaksanakan pengajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator setelah kurikulum 2004) saat itu.

    Oleh sebab itu, teknik bersifat implementasional (pelaksanaan) dan terjadinya pada tahap pelaksanaan pengajaran (penyajian dan pemantapan). Kalau kita perhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, maka yang tampak pada kegiatan guru -murid itu adalah teknik mengajar.

    Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan metode, dari metode  dapat ditentukan teknik. Karena itu, teknik yang digunakan guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi  penentuan teknik pembelajaran di antaranya
a situasi kelas,
b lingkungan,
c kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi yang lain.
    Seperti halanya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu
1. Teknik Umum 
Yakni cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut.
a. teknik ceramah
b. teknik tanya jawab
c. teknik diskusi
d. teknik ramu pendapat
e. teknik pemberian tugas
f. teknik latihan
g. teknik inkuiri
h. teknik demonstrasi
i. teknik simulasi.

    Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.

2. Teknik  khusus
    Yakni cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang kecil.

    Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam.

Perbedaan antara metode dan teknik
Metode
1 Mencakup semua tahap dalam proses belajar mengajar.   
2 Bersifat prosedural (menggam-barkan prosedur  langkag-langkah menyeluruh proses belajar mengajar).
3. Tidak tampak, tidak bisa dideteksi dengan jelas dengan melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4. Ditunjukkan untuk mencapai tujuan umum pengajaran (TIU/ TPU pada kurikulum sebelum 2004, KD pada kurikulum setelah 2004).
5.Jumlahnya hanya satu (satu metode khusus) untuk satu bidang studi dalam satu program.
6. Metode pengajaran (metode khusus) ditetapkan oleh kurikulum, guru tinggal mengi-kutinya.
   
Teknik
1. Hanya tertuju kepada satu tahap proses belajar mengajar, yaitu pada tahap pelaksanaan.
2. Bersifat implementasional (menggambarkan pelaksanaan pengajaran di kelas).
3. Tampak pada saat melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4. Ditujukan untuk mencapai tujuan khusus (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator untuk kurikulum setelah 2004) suatu pertemuan.
5. Jumlahnya sangat banyak untuk setiap pengajaran bidang studi dalam suatu program.
6. Guru bebas memilih teknik asal cocok dan dapat mencapai tujuan pengajaran bahan yang sedang diajarkannya.

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.

Model Pembelajaran



                                Model Pembelajaran
 

                                                                  Written by Ari Julianto


I Defenisi Model Pembelajaran
       Model Pembelajaran sebenarnya memiliki makna yang lebih luas daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
       Setiap model mengarahkan para pendidik dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

II Struktur Model pembelajaran
        Struktur Tugas: cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa.
Struktur Tujuan: Saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mengerjakan tugas
Struktur Penghargaaan: individualistik (keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain), kompetitif (keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain, ada ketergantungan negatif), kooperatif (keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain).

       Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu
(1) syntax, langkah-langkah operasional pembelajaran,
(2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
(3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
(4) support system,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar(nurturant effects).

III Contoh Model Pembelajaran
        Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi pembelajaran di antaranya sebagai berikut

1 Model Reasoning and Problem Solving
    Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya,menentukan jawaban yang rasional,melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi.

       Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.

2 Model Inquiry Training
    Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga—kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.

3 Model Problem-Based Instruction
    Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik.

4 Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
    Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan.Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu:
(1) mempertahankan intuisinya semula,
(2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan
(3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru.

5 Model Group Investigation
         Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan pengelolaan kelas.

IV. Fungsi Model Pembelajaran
        Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

V. Ciri Model Pembelajaran
        Suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu
(a)  rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya,
(b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai),
(c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
(d)  lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

         Selain itu model pembelajaran akan memuat antara lain:
(a) deskripsi lingkungan belajar,
(b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi,
(c) manfaat pembelajaran,
(d) materi pembelajaran (kurikulum),
(e) media, dan
(f) desain

(Dari berbagai sumber)

Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.

Pendekatan Pembelajaran


                     Pendekatan Pembelajaran 
                                                               
  Written by Ari Julianto 

I. Defenisi Pendekatan
     Kata Pendekatan (approach) menurut Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic adalah sebagai berikut
approach n in language teaching, the theory, philosophy and principles underlying a particular set of teaching practices.
    Dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Lebih lanjut menurut Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic mengemukakan perbedaan antara pendekatan, metodee dan teknik pembelajaran sebagai berikut:
Different theories about the nature of language and how languages are learned (the approach) imply different ways of teaching language (the method), and different methods make use of different kinds of classroom activity (the technique).

    Dapat disimpulkan bahwa pendekatan beragam teori tentang bahasa itu sendiri dan bagaimana bahasa itu dipelajari. Misalnya aural–oral approach,  cognitive code approach, communicative approach dan sebagainya.

    Sedangkan metode adalah  berbagai cara yang diterapkan terhadap bahasa itu. Misalnya metode yang berbasis pada pendekatan tertentu yakni audiolingual method, direct method dam sebagainya.
    serta teknik adalah ragam jenis aktivitas kelas. Misalnya, teknik yang digunakan dalam metode tertentu yakni drills,dialogues, role-plays, sentence completion dan sebagainya.

    Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu  filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya.
   
II. Fungsi Pendekatan
     Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan.

    Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.

    Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan,  pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar.

    Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

III. Jenis Pendekatan
      Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
    Sementara itu, jenis pendekatan juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu

1. Pendekatan Umum
    Suatu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
- Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
- Pendekatan Keterampilan Proses. Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
- Pendekatan Spiral . Pendekatan ini  mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
- Pendekatan Tujuan . Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.

2. Pendekatan khusus
     Suatu pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
- pendekatan komunikatif,
- pendekatan struktural,
- pendekatan Iisan (ora!),
- pendekatan langsung,
- pendekatan tak langsung,
- pendekatan alamiah.

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.

Strategi Pembelajaran

                        Strategi Pembelajaran
 

                        Written by Ari Julianto   


Kata perencanaa strategi dalam pengajaran dan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut
strategic planning is viewed as a crucial aspect of institutional development, particularly in the private sector. (Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic)

       Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut.  Strategi dapat diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat 2000:1).

       Secara sempit pemngertian tersebut dapat diartikan sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

        Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

       Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajarandapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.

        Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
    Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning
(2) group-individual learning
    Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara lain
(1) strategi pembelajaran induktif
(2) strategi pembelajaran deduktif

    Selanjutnya, Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan  pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu:
a) kegiatan prapembelajaran,
b) penyajian informasi,
c) partisipasi siswa,
d) tes, dan
e) tindak lanjut.

    Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran. Rumusan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan gurudalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan
materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.
c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. d. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

    Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

        Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu

1. pendahuluan
Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran,
b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi), dan
c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran.

2. penyajian, 
Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) uraian,
b) contoh, dan
c) latihan.

3. Penutup.
Sedangkan penutup terdiri atas dua langkah, yaitu
a) tes formatif dan umpan balik
b) tindak lanjut.
Urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

1. Pendahuluan   
a. Penjelasan singkat tentang isi pembelajaran
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi)
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran

2 Penyajian
a. Uraian
b. Contoh
c. Latihan

3 Penutup
a. Tes formatif dan umpan balik
b. Tindak lanjut
       Dalam pemilihan strategi pembelajaran ada dua pertanyaan  yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh strategi yang  disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori  pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang  disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.

Metode Pembelajaran

                      Metode Pembelajaran
                                                          Written by Ari Julianto


        Secara sederhana definisi metode (method) menurut Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic adalah sebagai berikut
 method n (in language teaching) a way of teaching a language which is based on systematic principles and procedures, i.e. which is an application of views on how a language is best taught and learned and a particular theory of language and of language learning.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam pengajaran bahasa adalah suatu cara pengajaran bahasa yang berbasis pada prosedur dan prinsip-prinsip sistematis yakni suatu pandangan aplikasi bagaimana suatu bahasa dapat diajarkan dan dipelajari sebaik mungkin serta menggunakan teori pengajaran dan pembelajaran bahasa khusus.
        Istilah metode itu sendiri berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu.Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran  dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma
        Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-­tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.

Lebih jauh Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic menjelaskan
Different methods of language teaching such as the DIRECT METHOD, the AUDIOLINGUAL METHOD, TOTAL PHYSICAL RESPONSE result from different views of:
a. the nature of language
b. the nature of second language learning
c. goals and objective in teaching
d. the type of SYLLABUS to use
e. the role of teachers, learners, and instructional materials
f. the activities, techniques and procedures to use
       Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil beragam metode pengajaran bahasa dapat dilihat dari sudut pandang berikut:
a. bahasa asal (L1)
b. bahasa kedua (L2)
c. Tujuan dan sasaran pengajaran
d. jenis silabus yang digunakan
e. Peran pendidik, peserta didik serta materi pengajaran
f. Aktivitas, teknik dan prosedur yang digunakan

       Metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparation), pelaksanaan (presentation), dan penilaian (evaluation).

I. Persiapan (Preparation)
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man kepada kurikulum. Gradasi penyusunan bahan, tujuan, dan sebagainya sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).

II. Pelaksanaan (Presentation)
Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa) Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).

III. Penilaian (evaluation)
Penilaian formatif (proses pembelajaran)
Penilaian sumatif sudah di luar metode
        Setiap tahap diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari gambaran di atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
       Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. pemilihan bahan,
b. penyusunan bahan,
c. penyajian,
d. pemantapan, dan
e. penilaian formatif.
       Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan (approach) dan prinsip-prinsip (principles) yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran.
       Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan, dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari pendekatan SAS.
       Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.

A. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:
1.metode ceramah,
2.metode tanya jawab,
3.metode diskusi,
4.metode ramu pendapat,
5.metode demonstrasi,
6.metode penemuan,
7.metode inkuiri,
8.metode pemberian tugas dan resitasi, dan
9.metode latihan.

B.Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)
       Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula. Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
1.metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
2.metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
        Di antara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.
       Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (L2) atau bahasa ibu menggunakan beragam metode pengajaran bahasa seperti antara lain 1.metode tata bahasa terjemahan,
2.metode langsung,
3.metode eklektik,
4.metode audiolingual,
5.metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan
6.metode komunikatif.

(Dari berbagai sumber)

Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.

Verbs Attribution in Thesis

                  Verbs Attribution in Thesis

                        Written by Ari Julianto
    

Below are some verbs and their synonyms for us to draw on when we want to talk about someone else’s ideas or words – a thesaurus of verbs of attribution. This list of verbs is taken from Writing A Thesis In Education by Academic Language and Literacy Development Faculty of Education, Monash University February 2012.

      This booklet suggests us to work out which verbs give a more positive view of the ideas you are reporting others as saying, which verbs are simply very neutral ways of restating what an author says or show that author’s positive or negative attitudes to the ideas, and finally, which verbs express our own slightly negative attitudes towards the author’s ideas.
  • Show: demonstrate, establish
  • Persuade: assure, convince, satisfy
  • Argue: reason, discuss, debate, consider
  • Support: uphold, underpin, advocate
  • Examine: discuss, explore, investigate, scrutinise
  • Propose: advance, propound, proffer, suggest (the view that…)
  • Advise: suggest, recommend, advocate, exhort, encourage, urge,
  • Believe: hold, profess (the view that…)
  • Emphasise: accentuate, stress, underscore
  • State: express, comment, remark, declare, articulate, describe, instruct, inform, report
  • Evaluate: appraise, assess
  • Hypothesise: speculate, postulate
  • Disagree: dispute, refute, contradict, differ, object, dissent
  • Reject: refute, repudiate, remonstrate (against), disclaim,dismiss
  • Claim: allege, assert, affirm, contend, maintain
An argument can be:
  • founded on
  • based on
  • grounded in a theory/view/set of data
  • embedded in
  • underpinned by
Note that the above words are all value‐laden. Your choice of word will reveal to your reader your stance toward the author you are reporting on. It will show whether or not you consider her claims to be substantiated. Arnaudet and Barrett (1984, p. 153‐5) provide a useful resource on verbs of attribution reproduced i below: 

Neutral verbs of restatement
Add - inform (of, about) - remind (of, about) - clarify - present - report (on) - describe - remark -speak / write of

Verbs of restatement with a positive or negative connotation
apprise (someone of) - explain - indicate - argue (about) - express - observe

Verbs of opinion are used to report the content of another writer’s opinion (or conclusion or suggestions)
Positive opinions:
affirm - agree (with) - applaud- concur (with, in) - praise - support

Reporting opinion (usually neutrally)
assert - believe (in) - claim -determine - expound (on) - maintain - point out - think

Verbs of uncertainty are used to report the content of another writer’s expression of doubt or uncertainty
challenge - dispute - question -disagree (with) - doubt - suspect (of) - dismiss - mistrust  -wonder (at).

(Taken from various sources)

Conceptual Framework

                   Conceptual Framework

                                                 Written by Ari Julianto
      Conceptual Framework is one of the main part in a thesis or skripsi. It is usually placed at the end of Chapter II, but some other faculties have their own rules.
      A conceptual framework elaborates the research problem in relation to relevant literature. This section may summarize the major (dependent and independent) variables in our research. The framework may be summarized in a schematic diagram that presents the major variables and their hypothesized relationships. It should also cover the following:
a. Existing research and its relevance for our topic
b. Key ideas or constructs in our approach
c. Identify and discuss the variables related to the problem.
d. Conceptualized relationships between variables Independent variables (presumed cause), Dependent variables (presumed effect), Intervening variables (other variables that influence the effect of the independent variable)
e. Present a schematic diagram of the relationships between key variables and discuss the relationship of the elements/variables
      A conceptual framework is used in research to outline possible courses of action or to present a preferred approach to an idea or thought. Conceptual frameworks (theoretical frameworks) are a type of intermediate theory that attempt to connect to all aspects of inquiry (e.g., problem definition, purpose, literature review, methodology, data collection and analysis). Conceptual frameworks can act like maps that give coherence to empirical inquiry. Because conceptual frameworks are potentially so close to empirical inquiry, they take different forms depending upon the research question or problem.
      Several types of conceptual frameworks have been identified,such as
Working hypothesis
Descriptive Categories
Practical ideal types
Models of operations research
Formal hypotheses
      Shields and Tajalli (2006) have identified several types of conceptual frameworks (working hypotheses, descriptive categories, practical ideal type, models of operations research and formal hypotheses) for the field of public administration.
      The frameworks are linked to particular research purposes (exploration, description, gauging, decision making and explanation/prediction). When purpose and framework are aligned other aspects of empirical research such as choice of methodology (survey, interviews, analysis of existing data, direct observation, focus groups etc) and type of statistical technique become obvious.
      A conceptual framework is a graphic diagram of a research topic or thesis. The conceptual framework is basically a visual representation of the research topic. The conceptual framework discusses the thesis or hypothesis stated in the paper, expands on literature pertinent to the topic and offers a synopsis of the research paper's main points. A conceptual framework assists to structure a research paper and expand, clarify and discuss the subject fully.
      To create a conceptual framework the writer must develop research questions, examine the key variables in regards to those research questions, create a graphic diagram of the question examined, graphically describe the key elements involved, depict current research associated with questions and show relationships between all variables.
      It is important to focus on one topic or one question that will be addressed. For example, if a student's research interests lie in special education they may choose a thesis related to special education. A strong thesis statement regarding special education is important because all research conducted will be related to that statement. After the statement is formulated a conceptual framework will assist the writer in visually representing elements needed in the paper, along with clarifying subject matter to be addressed.

Components of A Skripsi or Thesis

         Components of A Skripsi or Thesis
                                                                   Written by Ari Julianto


Skripsi or Thesis come in various sizes and shapes. The components of many skripsi or thesis are similar although their functions and requirements may differ according to the degree they are presented for. Below is the most common component of a skripsi or thesis.

1. Cover page- identifies topic, writer, institution, degree and date (year and, if you like, month)
- title, candidate's name and qualifications, degree aimed at, faculty, university, month and year presented.

2. Declaration
-
states that the material presented has not been used for any other award, and that all sources are acknowledged
- states that the approval of skripsi or thesis was received and gives the reference number. An example of a declaration page appears below:

This thesis contains no material that has been accepted for the award of any other degree or diploma in any educational institution and, to the best of my knowledge and belief, it contains no material previously published or written by another person,except where due reference is made in the text of the thesis.

Signed: ………………………………………

The research for this research received the approval of the English department of Teacher Training of .......University (Reference number: ……….)


3. Acknowledgements
- to thank anyone whose support has been important for your work
- the supervisor generally receives the first vote of thanks. Don’t forget your participants (though remember confidentiality). This section is the least bound by convention. You may speak from the heart.

4. Table of Contents
- lists all major divisions and subdivisions marked by numbers and indicates which page they are on
- the titles and subtitles of sections should appear in a style and size consistent with their position in the hierarchy (see style manuals for help in selecting your system)
- numbering hierarchy: 1, 1.1, 1.1.1, 1.1.1.1

5. Lists of Tables / Figures / Illustrations / Appendices
- lists all of these and the pages on which they appear
- a separate section is used for each of these categories. (It is often handy to number such items using the chapter number first: e.g., Fig 1.1, Fig.2.1, Fig.2.2, etc.)

6. Abstract
- orients the reader/ presents the focal points of the thesis
- summarises the thesis, mentioning aims/purposes, focus of literature review, methods of research and analysis, the findings, and implications Introduction (may be given a more descriptive name to reflect the topic)
- provides background information and rationale for the research, so that the reader is persuaded that it will be useful/interesting. It usually also serves as a frame within which the reader reads the rest of the thesis
- provides background information related to the need for the research
- builds an argument for the research (rationale) and presents research question(s) and aims
- may present personal motivations behind research
- may present a theoretical starting point
- gives an outline of subsequent chapters

7. Literature Review (this may consist of more than one chapter with descriptive titles)
- to show the reader/examiner that you are familiar with issues and debates in the field (you need to explain these and discuss the main players' ideas)
- to show the reader that there is an area in this field to which you can contribute (thus, the review must be critically analytical)
- this is the section where you cite the most, where your use of  verb tense becomes most important in conveying subtle meanings, where you must  beware of unwarranted repetition. This is where plagiarism can become an issue
- you must remember to discuss theory which is directly relevant to your research
- in a minor thesis, this may be incorporated into other parts of the piece presented (e.g., in the introduction, throughout a video, in a discussion). Alternatively a literature review may be the main source of data, and fulfill the aims of the thesis, in which case it may need to consist of one or more large chapters

8. Methodology (research design)
- presents an understanding of the philosophical framework within which you see your inquiry (i.e., discusses epistemology of the research using literature)
- presents a rationale for the methodological approach (using literature)
- describes and justifies the methods of research and analysis (using literature)
- reveals the boundaries of the research (this may occur instead in the Introduction)
- describes what you did (past tense) for selection of site, participants, data gathering and analysis
- it may include illustrations (e.g., a timeline depicting  stages/steps in the research)
- describes steps taken to ensure ethical research practice (shows you are a serious researcher who takes account of how research may affect participants)
- you can discuss issues of validity and reliability here

9. Results (presentation of data)
- presents the data and findings, ordered/analysed in ways justified earlier (methodology)
- past tense is a feature here (usually)
- data in tables should be carefully set out, checked and discussed

10. Discussion (analysis of data)
- discusses findings, drawing out main achievements and explaining results
- makes links between aims and findings (and the literature)
- may make recommendations – these could appear in the Conclusion chapter

11. Conclusion
-
draws all arguments and findings together
- leaves the reader with a strong sense that the work you set out to do has been completed, and that it was worthwhile
- summarises major findings
- presents limitations
- presents implications
- suggests directions for future research
- ends on a strong note

12.References (for minor thesis)/ Bibliography (for major thesis)
- shows the reader which texts/materials you have consulted
- is in alphabetical order
- may be annotated, though usually is not
- should not include works you have not used/cited

13. Appendices
- provides a place for important information which, if placed in the main text, would distract the reader from the flow of the argument
- includes raw data examples and reorganized data (e.g., a table of interview quotes organized around themes)
- appendices may be named, lettered or numbered (decide early)
References (for minor thesis)/ Bibliography (for major thesis)
- shows the reader which texts/materials you have consulted is in alphabetical order
- may be annotated, though usually is not
- should not include works you have not used/cited.

(Taken from various sources)

What is A Variable?

                      What is A Variable?
                                                  Written by Ari Julianto


I. The Meaning
      A variable is any entity that can take on different values. So what does that mean? Anything that can vary can be considered a variable. Arikunto (1999) stated that variable is an object of research or waht is the target in a research.For instance, age can be considered a variable because age can take different values for different people or for the same person at different times. Similarly, country can be considered a variable because a person's country can be assigned a value.
      A variable is a concept or abstract idea that can be described in measurable terms. In research, this term refers to the measurable characteristics, qualities, traits, or attributes of a particular individual, object, or situation being studied.
      Variables are properties or characteristics of some event, object, or person that can take on different values or amounts. Variables are things that we measure, control, or manipulate in research. They differ in many respects, most notably in the role they are given in our research and in the type of measures that can be applied to them. By itself, the statement of the problem usually provides only general direction for the research study; it does not include all the specific information.

II. Types of Variables
      There are many classification systems given in the literature the names we use are descriptive; they describe the roles that variables play in a research study. The variables described below by no means exhaust the different systems and names that exist, but they are the most useful for communicating about educational research.

1. Independent variables
      Independent variables are variables which are manipulated or controlled or changed. In the example “a study of the effect of teacher praise on the reading achievement of second-graders”, the effect of praise, the researcher is trying to determine whether there is a cause-and-effect relationship, so the kind of praise is varied to see whether it produces different scores on the reading achievement test. We call this a manipulated independent variable (treatment variable). The amount and kind of praise is manipulated by the researcher.
      The researcher could analyze the scores for boys and girls separately to see whether the results are the same for both genders. In this case gender s a classifying or attributes independent variable. The researcher cannot manipulate gender, but can classify the children according to gender.

2 Dependent variables
      Dependent variables are the outcome variables and are the variables for which we calculate statistics. The variable which hangs on account of independent variable is known as dependent variable. Let us take the example, a study of the effect of teacher praise on the reading achievement of second-graders; the dependent variable is reading achievement.
      We might compare the average reading achievement scores of second-graders in different praise conditions such as no praise, oral praise, written praise, and combined oral and written praise. Some other variables are expected to be "dependent" on the manipulation or experimental conditions. That is to say, they depend on "what the subject will do" in response.
      Somewhat contrary to the nature of this distinction, these terms are also used in studies where we do not literally manipulate independent variables, but only assign subjects to "experimental groups" based on some pre-existing properties of the subjects.
      Independent variables are those that are manipulated whereas dependent variables are only measured or registered. Consider other examples of independent and dependent variables:

3. Extraneous variable
      Independent variables that are not related to the purpose of the study, but may affect the dependent variable are termed as extraneous variables. Suppose the researcher wants to test the hypothesis that there is a relationship between children’s gains in social studies achievement and their self-concepts. In this case self-concept is an independent variable and social studies achievement is a dependent variable.
      Intelligence may as well affect the social studies achievement, but since it is not related to the purpose of the study undertaken by the researcher, it will be termed as an extraneous variable. Whatever effect is noticed on dependent variable as a result of extraneous variable(s) is technically described as an ‘experimental error’. A study must always be so designed that the effect upon the dependent variable is attributed entirely to the independent variable(s), and not to some extraneous variable or variables.

4 Intervening variables
      They intervene between cause and effect. It is difficult to observe, as they are related with individuals feelings such as boredom, fatigue excitement At times some of these variables cannot be controlled or measured but have an important effect upon the result of the study as it intervenes between cause and effect. Though difficult, it has to be controlled through appropriate design.

5 Moderator
      A moderator variable is an independent variable that is not of primary interest that has levels, which when combined with the levels of the independent variable of interest produces different effects.

(Taken from various sources)

10 Tips Mengerjakan Skripsi

    10 Tips Mengerjakan Skripsi
 

                       Written by Ari Julianto   

Mengerjakan tugas akhir dalam bentuk skripsi atau thesis memang suatu hal yang sangat menguras tenaga, pikiran dan kantong kita. Namun, hendaknya kita tetap menjalaninya dengan perencanaan yang baik. Sampai saat ini saya belum pernah mendengar ada satu mahasiswa/i yang tidak lulus hanya karena kualitas skripsinya jelek. Yang terpenting adalah kita tetap menjalankan tugas akhir kita itu. Berikut saya mencoba menyajikan tips bagi mereka yang tengah mengerjakan skripsi. 

1. Pahamilah Permasalahan
Kenalilah permasalahan (problem of the study) skripsi Anda. Tidak mungkin Anda bisa lulus di meja hijau jika Anda sendiri tidak tahu apa permasalahan skripsi Anda. Permasalahan skripsi Anda akan terjawab di BAB V Conclusion and Suggestions.

2. Mengenali Jenis Riset
Sebagaimana kita ketahui ada sejumlah jenis riset. Kenalilah apa jenis riset Anda, apakah itu kualitatif, kuantitatif, experimental, correlational, contrastive dan sebagainya. Ini akan mengarahkan Anda kepada BAB IV Analysis and Findings.

3. Mengalokasikan Waktu
Lupakan sementara hal-hal yang tidak penting dalam hidup Anda selama mengerjakan skripsi ini. Misalnya, rencana pergi piknik, pulang kampung atau rencana pesta pernikahan (apalagi yang untuk nikah kedua kalinya). Kita tidak tahu apa rencana Tuhan. Namun, jika terpaksa, sisihkanlah waktu Anda untuk mengerjakan skripsi itu.

4. Menyiapkan Anggaran
Saya yakin sebagian besar mahasiswa/i telah mempersiapkan dana setahun sebelum ia mengerjakan skripsi baik dari dirinya sendiri maupun suntikan dana dari orang tua. Jangan mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu sebelum Anda diwisuda.

5. Melacak Sumber Referensi
Tidak mungkin Anda bisa mendapatkan bahan kajian khususnya untuk BAB II Review of Literature jika Anda tidak mempunyai sumber referensi. Jika Anda tidak berhasil mendapatkan bukunya di toko-toko buku, Anda bisa memanfaatkan Mr. Google, search dan download ebook dalam bentuk PDF.

6. Perubahan Tenses
Dalam skripsi FKIP Bahasa Inggris, tenses memegang peranan penting. Jika masih dalam bentuk proposal, tenses dalam BAB III Method of Research keseluruhannya harus dalam bentuk future tense sebab riset itu belum Anda lakukan. Tapi, jika sudah dilakukan maka tensesnya akan menjadi past tense.

7.Jeli Memilih Dosen Pembimbing
Selama perkuliahan kita memiliki beberapa dosen favourite yang sesuai dengan pilihan hati kita. Jadikanlah mereka sebagai dosen pembimbing Anda agar segalanya bisa lancar. Namun, pikirkan juga kualitas ilmu mereka.

8. Sering Bertanya dan Membaca
"Ini gimana....terus ngapain...apa lagi yang ditulis..cemana nyusunnya?" Itulah sejumlah pertanyaan yang sering dilontarkan para mahasiswa/i selama mengerjakan skripsi. Itu tidak salahmalah sebaliknya bisa melancarkan pemahaman Anda mengerjakan skripsi. Tentunya bertanya pada orang atau nara sumber yang tepat. Tak kalah pentingnya baca dan bacalah terus referensi dan isi skripsi Anda. Meski tidak sempurna namun setidaknya Anda memahami isinya.

9. Jangan Mengeluh
Berat memang tapi itulah yang harus Anda jalani. Suka atau tidak suka Anda harus menyelesaikannya. Jangan banyak mengeluh sebab itu akan mengurangi semangat Anda untuk mengakhiri tugas ini.

10.Berdoa
Berdoalah kepada Tuhan, Bila perlu Anda yang Muslim salat Tahajud tengah malam. Mohon diberi kelancaran, kesehatan, dan ketenangan selama mengerjakan skripsi ini.

Demikianlah tips selama mengerjakan skripsi. Semoga posting kali ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Validity and Reliability (2)


                     Validity and Reliability (2) 

                                                        Written by Ari Julianto 


I. Reliability
Reliability is defined as the extent to which a questionnaire, test, observation or any measurement procedure produces the same results on repeated trials. In short, it is the stability or consistency of scores over time or across raters. Keep in mind that reliability pertains to scores not people.

Thus, in research we would never say that someone was reliable. As an example, consider judges in a platform diving competition. The extent to which they agree on the scores for each contestant is an indication of reliability. Similarly, the degree to which an individual’s responses (i.e., their scores) on a survey would stay the same over time is also a sign of reliability.

An important point to understand is that a measure can be perfectly reliable and yet not be valid. A research example of this phenomenon would be a questionnaire designed to assess job satisfaction that asked questions such as, “Do you like to watch ice hockey games?”, What do you like to eat more, pizza or hamburgers?” and “What is your favorite movie?”. As you can readily imagine, the responses to these questions would probably remain stable over time, thus,demonstrating highly reliable scores. However, are the questions valid when one is attempting to measure job satisfaction? Of course not, as they have nothing to do with an individual’s level of job
satisfaction.

There are three aspects of reliability, namely: equivalence, stability and internal consistency (homogeneity). It is important to understand the distinction between these three as it will guide one in the proper assessment of reliability given the research protocol.

a. Equivalence, refers to the amount of agreement between two or more instruments that are administered at nearly the same point in time. Equivalence is measured through a parallel forms procedure in which one administers alternative forms of the same measure to either the same group or different group of respondents.

b. Stability, is said to occur when the same or similar scores are obtained with repeated testing with the same group of respondents. In other words, the scores are consistent from one time to the next. Stability is assessed through a test-retest procedure that involves administering the same measurement instrument to the same individuals under the same conditions after some period of time. Test-rest reliability is estimated with correlations between the scores at Time 1 and those at Time 2 (to Time x).

c. Internal consistency concerns the extent to which items on the test or instrument are measuring the same thing. If, for example, you are developing a test to measure organizational commitment you should determine the reliability of each item. If the individual items are highly correlated with each other you can be highly confident in the reliability of the entire scale. The appeal of an internal consistency index of reliability is that it is estimated after only one test administration and therefore avoids the problems associated with testing over multiple time periods.

Internal consistency is estimated via the split-half reliability index,coefficient alpha (Cronbach, 1951) index or the Kuder-Richardson formula 20 (KR-20) (Kuder & Richardson, 1937) index. The split-half estimate entails dividing up the test into two parts (e.g., odd/even items or first half of the items/second half of the items), administering the two forms to the same group of individuals and correlating the responses. Coefficient alpha and KR-20 both represent the average of all possible split-half estimates.

REFERENCES
Allen, M. J., & Yen, W. M. (1979). Introduction to measurement theory. Monterey, CA: Brooks/Cole.
Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and the internal structure of tests. Psychometrika, 16,
297-334.
Gulliksen, H. (1950). Theory of mental tests. New York:Wiley.
Kuder, G. F., & Richardson, M. W. (1937). The theory of the estimation of test reliability. Psychometrika, 2, 151-160.
Nunnally, J. C., & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric theory. New York: McGraw-Hill

Validity and Reliability (1)


                        Validity and Reliability  
                                                               
                                                                     Written by Ari Julianto


The two most important and fundamental characteristics of any measurement procedure in research are reliability and validity. These two principles in research are as follows

I. Validity
Validity is defined as the extent to which the instrument measures what it purports to measure. For example, a test that is used to screen applicants for a job is valid if its scores are directly related to future job performance.

Validity is arguably the most important criteria for the quality of a test. The term validity refers to whether or not the test measures what it claims to measure. On a test with high validity the items will be closely linked to the test’s intended focus. For many certification and licensure tests this means that the items will be highly related to a specific job or occupation.

If a test has poor validity then it does not measure the job-related content and competencies it ought to. When this is the case, there is no justification for using the test results for their intended purpose. There are several ways to estimate the validity of a test including content validity, concurrent validity, and predictive validity. The face validity of a test is sometimes also mentioned.

There are many different types of validity, including: content validity, face validity,criterion-related validity (or predictive validity), construct validity, factorial validity, concurrent validity,convergent validity and divergent (or discriminant validity).

a. Content validity pertains to the degree to which the instrument fully assesses or measures the construct of interest. For example, say we are interested in evaluating employees’ attitudes toward a training program within an organization. We would want to ensure that our questions fully represent the domain of attitudes toward the training program. The development of a content valid instrument is typically achieved by a rational analysis of the instrument by raters (ideally 3 to 5) familiar with the construct of interest.Specifically, raters will review all of the items for readability, clarity and comprehensiveness and come to some level of agreement as to which items should be included in the final instrument.

b. Face validity is a component of content validity and is established when an individual reviewing the instrument concludes that it measures the characteristic or trait of interest. For instance, if a quiz in this class comprised items that asked questions pertaining to research methods you would most likely conclude that it was face valid. In short, it looks as if it is indeed measuring what it is designed to
measure.

c. Criterion-related validity is assessed when one is interested in determining the relationship of scores on a test to a specific criterion. An example is that scores on an admissions test for graduate school should be related to relevant criteria such as grade point average or completion of the program. Conversely, an instrument that measured your hat size would most assuredly demonstrate very poor criterion-related validity with respect to success in graduate school.

d. Construct validity is the degree to which an instrument measures the trait or theoretical construct that it is intended to measure. For example, if one were to develop an instrument to measure intelligence that does indeed measure IQ, than this test is construct valid. Construct validity is very much an ongoing process as one refines a theory, if necessary, in order to make predictions about test scores in various settings and situations.

e. Concurrent validity is a statistical method using correlation, rather than a logical method. Examinees who are known to be either masters or non-masters on the content measured by the test are identified, and the test is administered to them under realistic exam conditions. Once the tests have been scored, the relationship is estimated between the examinees’ known status as either masters or non-masters and their classification as masters or non-masters (i.e., pass or fail) based on the test.

f. predictive validity. This approach is similar to concurrent validity, in that it measures the relationship between examinees' performances on the test and their actual status as masters or non-masters. However, with predictive validity, it is the relationship of test scores to an examinee's future performance as a master or non-master that is estimated. In other words, predictive
validity considers the question, "How well does the test predict examinees' future status
as masters or non-masters?"

to be continued
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...