Motivasi Belajar Siswa


                 Motivasi Belajar Siswa
                                                                  by
                                  Ari Julianto

Salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para siswa.Oleh sebab itu  motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil belajar siswa.

Ormrod (2003: 368 -369) menjelaskan bagaimana pengaruh motivasi terhadap kegiatan belajar sebagai berikut.



Motivation has several effect on students’ learning and behavior:It directs behavior toward particular goal.It leads to increased effort and energy.It increases initiation of, and persistence in activities.It enhances cognitive processing. It lead to improved performance.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik. Selain  itu, motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar.

Dalam pengertian umum, motivasi merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Woolfolk & Nicolich (1984: 270), menyatakan bahwa motivasi (motivation) pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. McClelland dalam Teevan dan Birney (1964: 98) mengartikan motif (motive) sebagai suatu dorongan yang menggerakan, mengarahkan dan menentukan atau memilih perilaku.

Pengertian tersebut memandang motif dan motivasi dalam pengertian yang sama karena definisinya mengandung pengertian sebagai konsep, sebagai pendorong serta menggambarkan tujuan dan perilaku. Manullang (1991: 34) menyatakan bahwa motif adalah suatu faktor internal yang menggugah, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang yang didorong oleh kebutuhan, kemauan dan keinginan yang menyebabkan timbulnya suatu perasaan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu potensi yang ada pada individu yang sifatnya laten atau potensi yang terbentuk dari pengalaman, sedangkan motivasi adalah kondisi yang muncul dalam diri individu yang disebabkan oleh interaksi antara motif dengan kejadiankejadian yang diamati oleh individu, sehingga mendorong mengaktifkan perilaku menjadi tindakan nyata.

McClelland (1977: 13 – 30) mengemukakan empat model motif, yaitu:
1) the survival motive model,
2) the stimulus intensity model,
3) the stimulus pattern model, dan
4) the affective arousal model.

1. The survival motive model
The survival motive model atau motif yang dipakai untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Motif ini bersumber pada kebutuhan-kebutuhan individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan biologis, seperti makan dan minum. Kebutuhan seperti itu akan dapat mendorong individu aktif berbuat untuk memenuhinya.

2. The stimulus intensity model
The stimulus intensity model merupakan motif yang bersumber pada tingkat rangsangan yang dihadapi individu. Teori ini mengatakan bahwa motif atau dorongan untuk berbuat timbul karena adanya rangsangan yang kuat. Ini berarti agar timbul dorongan untuk berbuat harus ada rangsangan yang kuat.

3. The stimulus pattern model
The stimulus pattern model merupakan motif yang didasarkan pada pola rangsangan di dalam suatu situasi. Teori ini menyatakan bahwa motif timbul bila rangsangan situasi selaras dengan harapan dan tantangan organisme, dan bilamana rangsangan situasi berlawanan dengan harapan individu, maka akan menimbulkan pertentangan respon yang mengarah pada kekecewaan.

4. The affective arousal model

The affective arousal model adalah teori motif yang mendasarkan diri pada pembangkitan afeksi, rangsangan atau situasi yang dihadapi individu dipasangkan dengan keadaan afeksi individu. Motif
muncul karena adanya perubahan situasi afeksi individu. McClelland berasumsi bahwa setiap orang memiliki situasi-situasi afeksi yang menjadi dasar dari semua motif.

Lebih lanjut, McClelland (1977: 28) menjelaskan bahwa perilaku manusia sangat berkaitan dengan harapan (expectation). Harapan seseorang terbentuk melalui belajar. Suatu harapan akan selalu mengandung standar keunggulan (standard of exellence). Standar tersebut bisa berasal dari tuntutan orang lain atau lingkungan tempat seseorang dibesarkan. Oleh karena itu, standar keunggulan dapat merupakan kerangka acuan bagi seseorang pada saat ia belajar, mengerjakan suatu tugas, memecahkan masalah maupun mempelajari suatu kecakapan.

McClelland (1987: 4) mengembangkan teori motivasinya sampai pada bentuk-bentuk pengembangan motivasi berprestasi yang sangat populer, khususnya di kalangan enterpreneur. McClelland berhasil merumuskan ciri – ciri operasional perilaku individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan individu dengan motivasi berprestasi rendah. Mereka yang memiliki motivasi tinggi memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1) memperlihatkan berbagai tanda aktivitas fisiologis yang tinggi,
2) menunjukkan kewaspadaan yang tinggi,
3) berorientasi pada keberhasilan dan sensitif terhadap tanda-tanda yang berkaitan dengan peningkatan prestasi kerja,
4) memiliki tanggung jawab secara pribadi atas kinerjanya,
5) menyukai umpan balik berupa penghargaan dan bukan insentif untuk peningkatan kinerjanya,
6) inovatif mencari hal-hal yang baru dan efisien untuk peningkatan kinerjanya.

Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi diartikan sebagai dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motif berprestasi bukan sekadar dorongan untuk berbuat, tetapi juga mengacu pada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas-tugas yang dikerjakan seseorang.

Motivasi berprestasi merupakan dorongan memperoleh suatu hasil dengan sebaikbaiknya agar tercapai perasaan kesempurnaan pribadi. Dengan demikian, perilaku di sini berkaitan dengan harapan (expectation). Harapan seseorang terbentuk melalui belajar dan selalu mengandung standar keunggulan. Standar tersebut mungkin berasal dari tuntutan orang lain atau lingkungan tempat seseorang dibesarkan. Oleh karena itu, standar keunggulan merupakan kerangka acuan bagi individu yang bersangkutan pada saat ia belajar, menjalankan tugas, memecahkan masalah maupun mempelajari sesuatu. 


Referensi
Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology, Developing Learners.(4d ed.). Merrill:Pearson Education, Inc.
McClelland, D.C.1977. The Achieving Society. New York: McMillan Publishing Co.Inc
Wolfolk A.E. & Nicolich, Cune L. 1984. Educational Psychology for Teachers.Englewood Cliffs : Prentice Hill Inc
Manullang. 1991. Pengembangan Motivasi Berprestasi. Jakarta: Pusat Produktivitas Nasional. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar