This blog contains any articles relate to researches for students of Teacher Training and Education in English Department or FKIP Bahasa Inggris. Hopefully, this blog will be useful for all of us.
Kesalahpahaman terhadap The Correlation, The Effect dan The Ability
Kesalahpahaman terhadap
The Correlation, The Effect dan
The Ability
Written by Ari Julianto
Belakangan ini ada suatu keselapahaman yang berkembang pada penelitian terhadap siswa. Kesalapahaman itu mungkin terbentuk akibat suatu keharusan yang disesuaikan dengan judul skripsi/thesis. Ada tiga penelitian yang menggunakan judul tertentu yang selama ini mengalami
mispersepsi.
Ketiga jenis penelitian yang saya maksudkan tersebutkan adalah penelitian yang menggunakan judul The Correlation, The Effect dan The Ability.
Selama ini mahasiswa ataupun dosen menilai setiap skripsi/thesis dengan judul menggunakan The Correlation pada akhir kesimpulan (conclusion) harus memiliki korelasi. Begitu juga dengan The Effect dimana kesimpulan akhirnya harus memiliki dampak. Hal tersebut juga dialami pada judul skripsi/thesis yang mengandung kata The Ability dimana hasil riset disimpulkan harus mampu.
Dilema semacam ini mungkin terjadi disebabkan kekakuan dalam memberikan dan memahami sebuah penelitian. Sebenarnya, penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil check-up medis yang kemudian dilakukan diagnosis sehingga berakhir pada kesimpulan dokter.
Jadi, tidak mungkin hasil diagnosis dokter diharuskan positif tanpa tawar menawarkan atau diganggu gugat. Begitu juga terhadap ketiga jenis skripsi/thesis yang menggunakan judul The correlation, The Effect dan The Ability.
Menurut Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics (Jack C. Richards dan Richard Schmidt. 2002) Correlation didefinisikan sebagai a measure of the strength of the relationship or association between two or more sets of data.
Sedangkan correlational research didefinisikan sebagai research carried out to examine the nature of the relationship between two naturally occurring variables.
Kemudian penelitian the Effect didefinisikan sebagai a measure of the strength of one variable’s effect on another or the relationship between two or more variables.
Sedangkan menurut Longman Dictionary of American English (2009) the ability didefinisikan sebagai the state of being able to do something, or your level of skill at doing something. Jadi, dari ketiga definisi itu dapat disimpulkan bahwa jenis riset tersebut memiliki arti to measure dan to examine. Jika kita mengukur berarti jawabannya belum pasti pada titik tertentu bisa iya atau tidak.
Begitupun jika kita menguji, hasilnya bisa lulus atau gagal. Sungguh disesalkan jika ketika ditawarkan judul skripsi/thesis The correlation, The Effect dan The Ability muncul pertanyaan "Dimana hubungannya? Apa ada hubungannya....dimana dampaknya?Apa ada dampaknya...Apa siswa mampu melakukan itu? Mana mampu mereka..."
Bukankah pertanyaan-pertanyaan tersebut memang akan diajukan dalam formulation of the problem? Melalui posting di blog saya ini, saya ingin mengingatkan kepada para mahasiswa agar tidak terjebak dengan kesalapahaman tersebut.
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Syarat Judul Skripsi atau Thesis
Syarat Judul Skripsi atau Thesis
Written by Ari Julianto
Judul sebuah skripsi/thesis selalu menjadi patokan awal dan perdebatan bagi para mahasiswa, dosen, sekretaris program studi (prodi), ketua prodi dan bahkan dekan yang bersangkutan. Sudah berpuluh judul yang diajukan mahasiwa dan berpuluh judul juga ditolak. Walhasil, mahasiswa itu akan mengalami keputus-asaan, dan bahkan mengarah pada stress dan trauma.
Menurut saya, judul-judul yang diajukan para mahasiswa itu sebenarnya tidak ada yang berstatus 'ditolak'. Semuanya layak untuk dijadikan judul skripsi. Hanya saja, banyak pertimbangan yang harus dilakukan seperti, penelitian tersebut sudah pernah dilakukan dalam rentang waktu belum setahun, terlalu simple dan variablenya sangat sederhana, akan menyulitkan mahasiswa itu sendiri nantinya, atau tidak ada manfaatnya sama sekali bagi orang lain.
Dan itulah sebenarnya tugas sekretaris dan ketua prodi untuk mengarahkan judul yang diajukan mahasiswa itu menjadi tepat dan terarah. Secara pribadi, saya kurang setuju dengan sikap aksi membuat tanda silang (X) pada setiap judul yang diajukan para mahasiswa. Tindakan seperti itu sama seperti memberi warna merah pada angka 5 di nilai rapor siswa. Dampak psikologisnya memang tidak terlihat secara langsung namun jika hal tersebut terjadi secara berulang-ulang maka akan memiliki fatal effect.
Saya tidak memihak dari sisi manapun sebab di satu sisi, mahasiswa itu sendiri juga kurang paham dengan judul yang dia ajukan. Sudah pasti dalam hal ini para dosen lebih berperan besar membantu, mengarahkan dan membimbing para mahasiswa yang ilmu semasa perkuliahan itu sedikit dicerna.
Namun, yang terpenting adalah judul yang diajukan itu memang harus memiliki syarat seperti yang dikemukakan Arikuntodalam Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Harus sesuai dengan minat,
2. Harus dapat dilaksanakan,
3. Harus tersedia faktor pendukung,
4. Harus bermanfaat bagi ilmu pengetahuan adean praktek,
5. Bukan merupakan ulangan
Lebih lanjut Arikunto menyatakan bahwa judul skripsi atau penelitian itu harus memiliki rumusan yang jelas sehingga ia menggambarkan antara lain:
1. Sifat dan jenis penelitian,
2. Objek yang diteliti,
3. Subjek penelitian,
4. Lokasi/daerah penelitian,
5. Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Prosedur pengajuan judul untuk setiap fakultas atau perguruan tinggi memang tidak sama. Saya belum melihat idealnya prosedur tersebut bagaimana. Apakah harus tiga judul atau satu judul saja.
Seorang sahabat saya semasa kuliah dulu pernah menyarankan agar judul yang diajukan tersebut hanya satu judul saja.Namun, si mahasiswa wajib mengetahui jenis, metode, rancangan, permasalahan, signifikan, serta prosedur penelitian dan sebagainya.
Kita semua sama-sama mengerti bahwa English is a foreign language and not our mother tongue besides students are just beginning to be researchers not real ones.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
RELATED POSTINGS
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/unsur-kata-yang-tidak-perlu-di-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/3-model-judul-skripsi-fkip-bhs-inggris.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/metode-penulisan-judul-skripsi-fkip-bhs.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/04/jika-judul-dan-isi-skripsi-tidak.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/05/jika-dua-mahasiswa-memiliki-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/07/jangan-terjebak-dengan-judul-skripsi.html
Written by Ari Julianto
Judul sebuah skripsi/thesis selalu menjadi patokan awal dan perdebatan bagi para mahasiswa, dosen, sekretaris program studi (prodi), ketua prodi dan bahkan dekan yang bersangkutan. Sudah berpuluh judul yang diajukan mahasiwa dan berpuluh judul juga ditolak. Walhasil, mahasiswa itu akan mengalami keputus-asaan, dan bahkan mengarah pada stress dan trauma.
Menurut saya, judul-judul yang diajukan para mahasiswa itu sebenarnya tidak ada yang berstatus 'ditolak'. Semuanya layak untuk dijadikan judul skripsi. Hanya saja, banyak pertimbangan yang harus dilakukan seperti, penelitian tersebut sudah pernah dilakukan dalam rentang waktu belum setahun, terlalu simple dan variablenya sangat sederhana, akan menyulitkan mahasiswa itu sendiri nantinya, atau tidak ada manfaatnya sama sekali bagi orang lain.
Dan itulah sebenarnya tugas sekretaris dan ketua prodi untuk mengarahkan judul yang diajukan mahasiswa itu menjadi tepat dan terarah. Secara pribadi, saya kurang setuju dengan sikap aksi membuat tanda silang (X) pada setiap judul yang diajukan para mahasiswa. Tindakan seperti itu sama seperti memberi warna merah pada angka 5 di nilai rapor siswa. Dampak psikologisnya memang tidak terlihat secara langsung namun jika hal tersebut terjadi secara berulang-ulang maka akan memiliki fatal effect.
Saya tidak memihak dari sisi manapun sebab di satu sisi, mahasiswa itu sendiri juga kurang paham dengan judul yang dia ajukan. Sudah pasti dalam hal ini para dosen lebih berperan besar membantu, mengarahkan dan membimbing para mahasiswa yang ilmu semasa perkuliahan itu sedikit dicerna.
Namun, yang terpenting adalah judul yang diajukan itu memang harus memiliki syarat seperti yang dikemukakan Arikuntodalam Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Harus sesuai dengan minat,
2. Harus dapat dilaksanakan,
3. Harus tersedia faktor pendukung,
4. Harus bermanfaat bagi ilmu pengetahuan adean praktek,
5. Bukan merupakan ulangan
Lebih lanjut Arikunto menyatakan bahwa judul skripsi atau penelitian itu harus memiliki rumusan yang jelas sehingga ia menggambarkan antara lain:
1. Sifat dan jenis penelitian,
2. Objek yang diteliti,
3. Subjek penelitian,
4. Lokasi/daerah penelitian,
5. Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Prosedur pengajuan judul untuk setiap fakultas atau perguruan tinggi memang tidak sama. Saya belum melihat idealnya prosedur tersebut bagaimana. Apakah harus tiga judul atau satu judul saja.
Seorang sahabat saya semasa kuliah dulu pernah menyarankan agar judul yang diajukan tersebut hanya satu judul saja.Namun, si mahasiswa wajib mengetahui jenis, metode, rancangan, permasalahan, signifikan, serta prosedur penelitian dan sebagainya.
Kita semua sama-sama mengerti bahwa English is a foreign language and not our mother tongue besides students are just beginning to be researchers not real ones.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
RELATED POSTINGS
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/unsur-kata-yang-tidak-perlu-di-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/3-model-judul-skripsi-fkip-bhs-inggris.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/metode-penulisan-judul-skripsi-fkip-bhs.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/04/jika-judul-dan-isi-skripsi-tidak.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/05/jika-dua-mahasiswa-memiliki-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/07/jangan-terjebak-dengan-judul-skripsi.html
Penggunaan Tense dalam Skripsi/Thesis
Penggunaan Tense dalam Skripsi/Thesis
Written by Ari Julianto
Penggunaan tense dalam penulisan skripsi, thesis atau karya tulis ilmiah lainnya memang mempengaruhi interpretasi para pembaca teks Anda. Sebagaimana kita ketahui, past tense memberi kesan perspektif masa lalu dimana hal itu bisa membuat para pembaca kembali ke belakang. Sementara present tense sering digunakan untuk peristiwa secara umum.
Berikut ini saya mencoba menyampaikan deskrpsi ringkas penggunaan tense dalam penulisan skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya. Tense dalam kata kerja yang Anda pilih memiliki peran penting bagi para pembaca dan ia bukan sekedar kerangka waktu (time frame).
Pada umumnya dalam suatu skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya terdapat empat bentuk tenses yang sering dipakai antara lain:
1. The present tense
Ini digunakan untuk generalisasi (dalam pandangan, statement poin pokok) yang relevan secara umum. Juga melaporkan posisi seorang teoritis atau peneliti dalam melaporkan hasil penelitiannya.
2. The past tense
Ini digunakan untuk mengklaim non-generality literature masa lalu, yakni melaporkan atau mendeskripsikan isi, temuan atau kesimpulan riset terdahulu.
3. The present perfect
Ini digunakan untuk mengindikasikan adanya data khusus yang masih berkelanjutan, atau menyajikan suatu pandangan bentuk non-integral referencing (nama si penulis tidak muncul dalam teks kalimat, ia muncul hanya dalam parentheses).
4. The future tense
Ini sering digunakan di bagian methodology dalam sebuah proposal untuk menyatakan minat untuk melakukan sebuah penelitian.Jika ketika Anda mendeskripsikan apa yang muncul dalam tulisan, gunakanlah present tense bukan future sebab Anda sudah melakukan penelitian tersebut misalnya The sections below describe the process of …, bukan The sections below will describe the process of …
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Written by Ari Julianto
Penggunaan tense dalam penulisan skripsi, thesis atau karya tulis ilmiah lainnya memang mempengaruhi interpretasi para pembaca teks Anda. Sebagaimana kita ketahui, past tense memberi kesan perspektif masa lalu dimana hal itu bisa membuat para pembaca kembali ke belakang. Sementara present tense sering digunakan untuk peristiwa secara umum.
Berikut ini saya mencoba menyampaikan deskrpsi ringkas penggunaan tense dalam penulisan skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya. Tense dalam kata kerja yang Anda pilih memiliki peran penting bagi para pembaca dan ia bukan sekedar kerangka waktu (time frame).
Pada umumnya dalam suatu skripsi/thesis atau karya tulis ilmiah lainnya terdapat empat bentuk tenses yang sering dipakai antara lain:
1. The present tense
Ini digunakan untuk generalisasi (dalam pandangan, statement poin pokok) yang relevan secara umum. Juga melaporkan posisi seorang teoritis atau peneliti dalam melaporkan hasil penelitiannya.
2. The past tense
Ini digunakan untuk mengklaim non-generality literature masa lalu, yakni melaporkan atau mendeskripsikan isi, temuan atau kesimpulan riset terdahulu.
3. The present perfect
Ini digunakan untuk mengindikasikan adanya data khusus yang masih berkelanjutan, atau menyajikan suatu pandangan bentuk non-integral referencing (nama si penulis tidak muncul dalam teks kalimat, ia muncul hanya dalam parentheses).
4. The future tense
Ini sering digunakan di bagian methodology dalam sebuah proposal untuk menyatakan minat untuk melakukan sebuah penelitian.Jika ketika Anda mendeskripsikan apa yang muncul dalam tulisan, gunakanlah present tense bukan future sebab Anda sudah melakukan penelitian tersebut misalnya The sections below describe the process of …, bukan The sections below will describe the process of …
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Prinsip Pembelajaran
Prinsip Pembelajaran
Written by Ari Julianto
I. Defenisi Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan dan berupa kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi
1) bahan yang akan dibelajarkan,
2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan),
3) gurunya, dan
4) siswanya.
II Ragam Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
1. Prinsip umum
Yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
a. Prinsip motivasi
Yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.
b. Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami
Yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
c. Prinsip pemecahan masalah
Yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
d. Prinsip perbedaan individual
Yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.
2. Prinsip khusus
Yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut.
a. Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
Yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
b. Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas.
Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
c. Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
d. Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Written by Ari Julianto
I. Defenisi Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan dan berupa kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi
1) bahan yang akan dibelajarkan,
2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan),
3) gurunya, dan
4) siswanya.
II Ragam Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
1. Prinsip umum
Yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
a. Prinsip motivasi
Yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.
b. Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami
Yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
c. Prinsip pemecahan masalah
Yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
d. Prinsip perbedaan individual
Yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.
2. Prinsip khusus
Yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut.
a. Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
Yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
b. Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas.
Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
c. Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
d. Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Teknik Pembelajaran
Teknik Pembelajaran
Written by Ari Julianto
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru yakni teknik.Teknik merupakan langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas yang berisikan trik, strategi, atau urutan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teknik harus sesuai dengan metode dan pendekatan.
Dengan kata lain, teknik merupakan cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik pengajaran atau mengajar adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru untuk melaksanakan pengajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator setelah kurikulum 2004) saat itu.
Oleh sebab itu, teknik bersifat implementasional (pelaksanaan) dan terjadinya pada tahap pelaksanaan pengajaran (penyajian dan pemantapan). Kalau kita perhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, maka yang tampak pada kegiatan guru -murid itu adalah teknik mengajar.
Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan metode, dari metode dapat ditentukan teknik. Karena itu, teknik yang digunakan guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan teknik pembelajaran di antaranya
a situasi kelas,
b lingkungan,
c kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi yang lain.
Seperti halanya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu
1. Teknik Umum
Yakni cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut.
a. teknik ceramah
b. teknik tanya jawab
c. teknik diskusi
d. teknik ramu pendapat
e. teknik pemberian tugas
f. teknik latihan
g. teknik inkuiri
h. teknik demonstrasi
i. teknik simulasi.
Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.
2. Teknik khusus
Yakni cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang kecil.
Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam.
Perbedaan antara metode dan teknik
Metode
1 Mencakup semua tahap dalam proses belajar mengajar.
2 Bersifat prosedural (menggam-barkan prosedur langkag-langkah menyeluruh proses belajar mengajar).
3. Tidak tampak, tidak bisa dideteksi dengan jelas dengan melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4. Ditunjukkan untuk mencapai tujuan umum pengajaran (TIU/ TPU pada kurikulum sebelum 2004, KD pada kurikulum setelah 2004).
5.Jumlahnya hanya satu (satu metode khusus) untuk satu bidang studi dalam satu program.
6. Metode pengajaran (metode khusus) ditetapkan oleh kurikulum, guru tinggal mengi-kutinya.
Teknik
1. Hanya tertuju kepada satu tahap proses belajar mengajar, yaitu pada tahap pelaksanaan.
2. Bersifat implementasional (menggambarkan pelaksanaan pengajaran di kelas).
3. Tampak pada saat melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4. Ditujukan untuk mencapai tujuan khusus (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator untuk kurikulum setelah 2004) suatu pertemuan.
5. Jumlahnya sangat banyak untuk setiap pengajaran bidang studi dalam suatu program.
6. Guru bebas memilih teknik asal cocok dan dapat mencapai tujuan pengajaran bahan yang sedang diajarkannya.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
Written by Ari Julianto
I Defenisi Model Pembelajaran
Model Pembelajaran sebenarnya memiliki makna yang lebih luas daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Setiap model mengarahkan para pendidik dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
II Struktur Model pembelajaran
Struktur Tugas: cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa.
Struktur Tujuan: Saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mengerjakan tugas
Struktur Penghargaaan: individualistik (keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain), kompetitif (keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain, ada ketergantungan negatif), kooperatif (keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain).
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu
(1) syntax, langkah-langkah operasional pembelajaran,
(2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
(3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
(4) support system,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar(nurturant effects).
III Contoh Model Pembelajaran
Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi pembelajaran di antaranya sebagai berikut
1 Model Reasoning and Problem Solving
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya,menentukan jawaban yang rasional,melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.
2 Model Inquiry Training
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga—kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
3 Model Problem-Based Instruction
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik.
4 Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan.Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu:
(1) mempertahankan intuisinya semula,
(2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan
(3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru.
5 Model Group Investigation
Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan pengelolaan kelas.
IV. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
V. Ciri Model Pembelajaran
Suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu
(a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya,
(b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai),
(c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
(d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Selain itu model pembelajaran akan memuat antara lain:
(a) deskripsi lingkungan belajar,
(b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi,
(c) manfaat pembelajaran,
(d) materi pembelajaran (kurikulum),
(e) media, dan
(f) desain
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
Written by Ari Julianto
I. Defenisi Pendekatan
Kata Pendekatan (approach) menurut Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic adalah sebagai berikut
approach n in language teaching, the theory, philosophy and principles underlying a particular set of teaching practices.
Dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Lebih lanjut menurut Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic mengemukakan perbedaan antara pendekatan, metodee dan teknik pembelajaran sebagai berikut:
Different theories about the nature of language and how languages are learned (the approach) imply different ways of teaching language (the method), and different methods make use of different kinds of classroom activity (the technique).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan beragam teori tentang bahasa itu sendiri dan bagaimana bahasa itu dipelajari. Misalnya aural–oral approach, cognitive code approach, communicative approach dan sebagainya.
Sedangkan metode adalah berbagai cara yang diterapkan terhadap bahasa itu. Misalnya metode yang berbasis pada pendekatan tertentu yakni audiolingual method, direct method dam sebagainya.
serta teknik adalah ragam jenis aktivitas kelas. Misalnya, teknik yang digunakan dalam metode tertentu yakni drills,dialogues, role-plays, sentence completion dan sebagainya.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya.
II. Fungsi Pendekatan
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan.
Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.
Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar.
Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.
III. Jenis Pendekatan
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Sementara itu, jenis pendekatan juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
1. Pendekatan Umum
Suatu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
- Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
- Pendekatan Keterampilan Proses. Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
- Pendekatan Spiral . Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
- Pendekatan Tujuan . Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.
2. Pendekatan khusus
Suatu pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
- pendekatan komunikatif,
- pendekatan struktural,
- pendekatan Iisan (ora!),
- pendekatan langsung,
- pendekatan tak langsung,
- pendekatan alamiah.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Written by Ari Julianto
Kata perencanaa strategi dalam pengajaran dan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut
strategic planning is viewed as a crucial aspect of institutional development, particularly in the private sector. (Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic)
Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat 2000:1).
Secara sempit pemngertian tersebut dapat diartikan sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajarandapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning
(2) group-individual learning
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara lain
(1) strategi pembelajaran induktif
(2) strategi pembelajaran deduktif
Selanjutnya, Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu:
a) kegiatan prapembelajaran,
b) penyajian informasi,
c) partisipasi siswa,
d) tes, dan
e) tindak lanjut.
Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran. Rumusan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan gurudalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan
materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.
c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. d. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu
1. pendahuluan
Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran,
b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi), dan
c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
2. penyajian,
Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) uraian,
b) contoh, dan
c) latihan.
3. Penutup.
Sedangkan penutup terdiri atas dua langkah, yaitu
a) tes formatif dan umpan balik
b) tindak lanjut.
Urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
1. Pendahuluan
a. Penjelasan singkat tentang isi pembelajaran
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi)
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran
2 Penyajian
a. Uraian
b. Contoh
c. Latihan
3 Penutup
a. Tes formatif dan umpan balik
b. Tindak lanjut
Dalam pemilihan strategi pembelajaran ada dua pertanyaan yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Written by Ari Julianto
Kata perencanaa strategi dalam pengajaran dan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut
strategic planning is viewed as a crucial aspect of institutional development, particularly in the private sector. (Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic)
Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat 2000:1).
Secara sempit pemngertian tersebut dapat diartikan sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajarandapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning
(2) group-individual learning
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara lain
(1) strategi pembelajaran induktif
(2) strategi pembelajaran deduktif
Selanjutnya, Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu:
a) kegiatan prapembelajaran,
b) penyajian informasi,
c) partisipasi siswa,
d) tes, dan
e) tindak lanjut.
Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran. Rumusan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan gurudalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan
materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.
c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. d. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu
1. pendahuluan
Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran,
b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi), dan
c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
2. penyajian,
Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu
a) uraian,
b) contoh, dan
c) latihan.
3. Penutup.
Sedangkan penutup terdiri atas dua langkah, yaitu
a) tes formatif dan umpan balik
b) tindak lanjut.
Urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
1. Pendahuluan
a. Penjelasan singkat tentang isi pembelajaran
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi)
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran
2 Penyajian
a. Uraian
b. Contoh
c. Latihan
3 Penutup
a. Tes formatif dan umpan balik
b. Tindak lanjut
Dalam pemilihan strategi pembelajaran ada dua pertanyaan yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Written by Ari Julianto
Secara sederhana definisi metode (method) menurut Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic adalah sebagai berikut
method n (in language teaching) a way of teaching a language which is based on systematic principles and procedures, i.e. which is an application of views on how a language is best taught and learned and a particular theory of language and of language learning.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam pengajaran bahasa adalah suatu cara pengajaran bahasa yang berbasis pada prosedur dan prinsip-prinsip sistematis yakni suatu pandangan aplikasi bagaimana suatu bahasa dapat diajarkan dan dipelajari sebaik mungkin serta menggunakan teori pengajaran dan pembelajaran bahasa khusus.
Istilah metode itu sendiri berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu.Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma
Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.
Lebih jauh Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic menjelaskan
Different methods of language teaching such as the DIRECT METHOD, the AUDIOLINGUAL METHOD, TOTAL PHYSICAL RESPONSE result from different views of:
a. the nature of language
b. the nature of second language learning
c. goals and objective in teaching
d. the type of SYLLABUS to use
e. the role of teachers, learners, and instructional materials
f. the activities, techniques and procedures to use
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil beragam metode pengajaran bahasa dapat dilihat dari sudut pandang berikut:
a. bahasa asal (L1)
b. bahasa kedua (L2)
c. Tujuan dan sasaran pengajaran
d. jenis silabus yang digunakan
e. Peran pendidik, peserta didik serta materi pengajaran
f. Aktivitas, teknik dan prosedur yang digunakan
Metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparation), pelaksanaan (presentation), dan penilaian (evaluation).
I. Persiapan (Preparation)
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man kepada kurikulum. Gradasi penyusunan bahan, tujuan, dan sebagainya sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).
II. Pelaksanaan (Presentation)
Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa) Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).
III. Penilaian (evaluation)
Penilaian formatif (proses pembelajaran)
Penilaian sumatif sudah di luar metode
Setiap tahap diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari gambaran di atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. pemilihan bahan,
b. penyusunan bahan,
c. penyajian,
d. pemantapan, dan
e. penilaian formatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan (approach) dan prinsip-prinsip (principles) yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran.
Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan, dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari pendekatan SAS.
Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.
A. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:
1.metode ceramah,
2.metode tanya jawab,
3.metode diskusi,
4.metode ramu pendapat,
5.metode demonstrasi,
6.metode penemuan,
7.metode inkuiri,
8.metode pemberian tugas dan resitasi, dan
9.metode latihan.
B.Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula. Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
1.metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
2.metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Di antara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (L2) atau bahasa ibu menggunakan beragam metode pengajaran bahasa seperti antara lain 1.metode tata bahasa terjemahan,
2.metode langsung,
3.metode eklektik,
4.metode audiolingual,
5.metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan
6.metode komunikatif.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Written by Ari Julianto
Secara sederhana definisi metode (method) menurut Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic adalah sebagai berikut
method n (in language teaching) a way of teaching a language which is based on systematic principles and procedures, i.e. which is an application of views on how a language is best taught and learned and a particular theory of language and of language learning.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam pengajaran bahasa adalah suatu cara pengajaran bahasa yang berbasis pada prosedur dan prinsip-prinsip sistematis yakni suatu pandangan aplikasi bagaimana suatu bahasa dapat diajarkan dan dipelajari sebaik mungkin serta menggunakan teori pengajaran dan pembelajaran bahasa khusus.
Istilah metode itu sendiri berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu.Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma
Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.
Lebih jauh Longman Dictionary of Language Teaching and Apllied Linguistic menjelaskan
Different methods of language teaching such as the DIRECT METHOD, the AUDIOLINGUAL METHOD, TOTAL PHYSICAL RESPONSE result from different views of:
a. the nature of language
b. the nature of second language learning
c. goals and objective in teaching
d. the type of SYLLABUS to use
e. the role of teachers, learners, and instructional materials
f. the activities, techniques and procedures to use
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil beragam metode pengajaran bahasa dapat dilihat dari sudut pandang berikut:
a. bahasa asal (L1)
b. bahasa kedua (L2)
c. Tujuan dan sasaran pengajaran
d. jenis silabus yang digunakan
e. Peran pendidik, peserta didik serta materi pengajaran
f. Aktivitas, teknik dan prosedur yang digunakan
Metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparation), pelaksanaan (presentation), dan penilaian (evaluation).
I. Persiapan (Preparation)
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man kepada kurikulum. Gradasi penyusunan bahan, tujuan, dan sebagainya sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).
II. Pelaksanaan (Presentation)
Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa) Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).
III. Penilaian (evaluation)
Penilaian formatif (proses pembelajaran)
Penilaian sumatif sudah di luar metode
Setiap tahap diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari gambaran di atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. pemilihan bahan,
b. penyusunan bahan,
c. penyajian,
d. pemantapan, dan
e. penilaian formatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan (approach) dan prinsip-prinsip (principles) yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran.
Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan, dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari pendekatan SAS.
Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.
A. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:
1.metode ceramah,
2.metode tanya jawab,
3.metode diskusi,
4.metode ramu pendapat,
5.metode demonstrasi,
6.metode penemuan,
7.metode inkuiri,
8.metode pemberian tugas dan resitasi, dan
9.metode latihan.
B.Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula. Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
1.metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
2.metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Di antara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (L2) atau bahasa ibu menggunakan beragam metode pengajaran bahasa seperti antara lain 1.metode tata bahasa terjemahan,
2.metode langsung,
3.metode eklektik,
4.metode audiolingual,
5.metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan
6.metode komunikatif.
(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan untuk metode pembelajaran. Semoga bermanfaat. Amin.
Verbs Attribution in Thesis
Verbs Attribution in Thesis
Written by Ari Julianto
Below are some verbs and their synonyms for us to draw on when we want to talk about someone else’s ideas or words – a thesaurus of verbs of attribution. This list of verbs is taken from Writing A Thesis In Education by Academic Language and Literacy Development Faculty of Education, Monash University February 2012.
This booklet suggests us to work out which verbs give a more positive view of the ideas you are reporting others as saying, which verbs are simply very neutral ways of restating what an author says or show that author’s positive or negative attitudes to the ideas, and finally, which verbs express our own slightly negative attitudes towards the author’s ideas.
Neutral verbs of restatement
Add - inform (of, about) - remind (of, about) - clarify - present - report (on) - describe - remark -speak / write of
Verbs of restatement with a positive or negative connotation
apprise (someone of) - explain - indicate - argue (about) - express - observe
Verbs of opinion are used to report the content of another writer’s opinion (or conclusion or suggestions)
Positive opinions:
affirm - agree (with) - applaud- concur (with, in) - praise - support
Reporting opinion (usually neutrally)
assert - believe (in) - claim -determine - expound (on) - maintain - point out - think
Verbs of uncertainty are used to report the content of another writer’s expression of doubt or uncertainty
challenge - dispute - question -disagree (with) - doubt - suspect (of) - dismiss - mistrust -wonder (at).
(Taken from various sources)
Written by Ari Julianto
Below are some verbs and their synonyms for us to draw on when we want to talk about someone else’s ideas or words – a thesaurus of verbs of attribution. This list of verbs is taken from Writing A Thesis In Education by Academic Language and Literacy Development Faculty of Education, Monash University February 2012.
This booklet suggests us to work out which verbs give a more positive view of the ideas you are reporting others as saying, which verbs are simply very neutral ways of restating what an author says or show that author’s positive or negative attitudes to the ideas, and finally, which verbs express our own slightly negative attitudes towards the author’s ideas.
- Show: demonstrate, establish
- Persuade: assure, convince, satisfy
- Argue: reason, discuss, debate, consider
- Support: uphold, underpin, advocate
- Examine: discuss, explore, investigate, scrutinise
- Propose: advance, propound, proffer, suggest (the view that…)
- Advise: suggest, recommend, advocate, exhort, encourage, urge,
- Believe: hold, profess (the view that…)
- Emphasise: accentuate, stress, underscore
- State: express, comment, remark, declare, articulate, describe, instruct, inform, report
- Evaluate: appraise, assess
- Hypothesise: speculate, postulate
- Disagree: dispute, refute, contradict, differ, object, dissent
- Reject: refute, repudiate, remonstrate (against), disclaim,dismiss
- Claim: allege, assert, affirm, contend, maintain
- founded on
- based on
- grounded in a theory/view/set of data
- embedded in
- underpinned by
Neutral verbs of restatement
Add - inform (of, about) - remind (of, about) - clarify - present - report (on) - describe - remark -speak / write of
Verbs of restatement with a positive or negative connotation
apprise (someone of) - explain - indicate - argue (about) - express - observe
Verbs of opinion are used to report the content of another writer’s opinion (or conclusion or suggestions)
Positive opinions:
affirm - agree (with) - applaud- concur (with, in) - praise - support
Reporting opinion (usually neutrally)
assert - believe (in) - claim -determine - expound (on) - maintain - point out - think
Verbs of uncertainty are used to report the content of another writer’s expression of doubt or uncertainty
challenge - dispute - question -disagree (with) - doubt - suspect (of) - dismiss - mistrust -wonder (at).
(Taken from various sources)
Conceptual Framework
Conceptual Framework
Written by Ari Julianto Conceptual Framework is one of the main part in a thesis or skripsi. It is usually placed at the end of Chapter II, but some other faculties have their own rules.
A conceptual framework elaborates the research problem in relation to relevant literature. This section may summarize the major (dependent and independent) variables in our research. The framework may be summarized in a schematic diagram that presents the major variables and their hypothesized relationships. It should also cover the following:
a. Existing research and its relevance for our topic
b. Key ideas or constructs in our approach
c. Identify and discuss the variables related to the problem.
d. Conceptualized relationships between variables Independent variables (presumed cause), Dependent variables (presumed effect), Intervening variables (other variables that influence the effect of the independent variable)
e. Present a schematic diagram of the relationships between key variables and discuss the relationship of the elements/variables
A conceptual framework is used in research to outline possible courses of action or to present a preferred approach to an idea or thought. Conceptual frameworks (theoretical frameworks) are a type of intermediate theory that attempt to connect to all aspects of inquiry (e.g., problem definition, purpose, literature review, methodology, data collection and analysis). Conceptual frameworks can act like maps that give coherence to empirical inquiry. Because conceptual frameworks are potentially so close to empirical inquiry, they take different forms depending upon the research question or problem.
Several types of conceptual frameworks have been identified,such as
Working hypothesis
Descriptive Categories
Practical ideal types
Models of operations research
Formal hypotheses
Shields and Tajalli (2006) have identified several types of conceptual frameworks (working hypotheses, descriptive categories, practical ideal type, models of operations research and formal hypotheses) for the field of public administration.
The frameworks are linked to particular research purposes (exploration, description, gauging, decision making and explanation/prediction). When purpose and framework are aligned other aspects of empirical research such as choice of methodology (survey, interviews, analysis of existing data, direct observation, focus groups etc) and type of statistical technique become obvious.
A conceptual framework is a graphic diagram of a research topic or thesis. The conceptual framework is basically a visual representation of the research topic. The conceptual framework discusses the thesis or hypothesis stated in the paper, expands on literature pertinent to the topic and offers a synopsis of the research paper's main points. A conceptual framework assists to structure a research paper and expand, clarify and discuss the subject fully.
To create a conceptual framework the writer must develop research questions, examine the key variables in regards to those research questions, create a graphic diagram of the question examined, graphically describe the key elements involved, depict current research associated with questions and show relationships between all variables.
It is important to focus on one topic or one question that will be addressed. For example, if a student's research interests lie in special education they may choose a thesis related to special education. A strong thesis statement regarding special education is important because all research conducted will be related to that statement. After the statement is formulated a conceptual framework will assist the writer in visually representing elements needed in the paper, along with clarifying subject matter to be addressed.
Written by Ari Julianto Conceptual Framework is one of the main part in a thesis or skripsi. It is usually placed at the end of Chapter II, but some other faculties have their own rules.
A conceptual framework elaborates the research problem in relation to relevant literature. This section may summarize the major (dependent and independent) variables in our research. The framework may be summarized in a schematic diagram that presents the major variables and their hypothesized relationships. It should also cover the following:
a. Existing research and its relevance for our topic
b. Key ideas or constructs in our approach
c. Identify and discuss the variables related to the problem.
d. Conceptualized relationships between variables Independent variables (presumed cause), Dependent variables (presumed effect), Intervening variables (other variables that influence the effect of the independent variable)
e. Present a schematic diagram of the relationships between key variables and discuss the relationship of the elements/variables
A conceptual framework is used in research to outline possible courses of action or to present a preferred approach to an idea or thought. Conceptual frameworks (theoretical frameworks) are a type of intermediate theory that attempt to connect to all aspects of inquiry (e.g., problem definition, purpose, literature review, methodology, data collection and analysis). Conceptual frameworks can act like maps that give coherence to empirical inquiry. Because conceptual frameworks are potentially so close to empirical inquiry, they take different forms depending upon the research question or problem.
Several types of conceptual frameworks have been identified,such as
Working hypothesis
Descriptive Categories
Practical ideal types
Models of operations research
Formal hypotheses
Shields and Tajalli (2006) have identified several types of conceptual frameworks (working hypotheses, descriptive categories, practical ideal type, models of operations research and formal hypotheses) for the field of public administration.
The frameworks are linked to particular research purposes (exploration, description, gauging, decision making and explanation/prediction). When purpose and framework are aligned other aspects of empirical research such as choice of methodology (survey, interviews, analysis of existing data, direct observation, focus groups etc) and type of statistical technique become obvious.
A conceptual framework is a graphic diagram of a research topic or thesis. The conceptual framework is basically a visual representation of the research topic. The conceptual framework discusses the thesis or hypothesis stated in the paper, expands on literature pertinent to the topic and offers a synopsis of the research paper's main points. A conceptual framework assists to structure a research paper and expand, clarify and discuss the subject fully.
To create a conceptual framework the writer must develop research questions, examine the key variables in regards to those research questions, create a graphic diagram of the question examined, graphically describe the key elements involved, depict current research associated with questions and show relationships between all variables.
It is important to focus on one topic or one question that will be addressed. For example, if a student's research interests lie in special education they may choose a thesis related to special education. A strong thesis statement regarding special education is important because all research conducted will be related to that statement. After the statement is formulated a conceptual framework will assist the writer in visually representing elements needed in the paper, along with clarifying subject matter to be addressed.