Hakikat Menulis (Writing)

Hakikat Menulis (Writing)

Written by Ari Julianto


Tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan, ilmu, serta pemikiran manusia sebagaimana diungkapkan Wiyanto (2004: 4). Hasil menulis yang berisikan rekaman peristiwa biasanya berupa tulisan yang mengandung unsur berita contohnya koran, majalah, dan tabloid. Hasil menulis yang menceritakan pengalaman misalnya catatan harian, jurnal, dan otobiografis. Bentuk tulisan yang mengandung pengetahuan dan ilmu misalnya laporan penelitian, artikel, skripsi, tesis, dan desertasi.  Hasil menulis yang berisikan tentang pemikiran manusia misalnya buku-buku fiksi dan buku-buku non fiksi.

Mengenai hakikat menulis, Hyland (2003: 9) mengatakan bahwa menulis adalah cara menyampaikan, mengungkapkan perasaan dan berbagi pengalaman penulis kepada pembaca dengan menggunakan bahasa tulis.  Menulis menurut Reid (1987: 34) adalah suatu proses untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan atau pengalaman penulis dengan menggunakan sistem yang konvensional sehingga pembaca memahami pesan yang dikirim.

Menulis, menurut Heaton JB. (1988) pada prinsipnya adalah suatu aktivitas di mana penulis menuangkan ideanya, pendapatnya, pengalamanya, dan gagasannya ke dalam bentuk linguistik dengan menggunakan kaidah-kaidah menulis seperti isi (content), tata bahasa (structure), mekanik (mechanics), pengorganisasian ide (organization) dan kosa kata (vocabulary) agar dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, menulis pada hakikatnya adalah menyampaikan suatu ide kepada pembaca dengan tujuan tertentu dalam konteks sosial yang tertentu. Sejalan dengan itu, Sharples mengatakan bahwa menulis sebagai suatu proses dan aktivitas mental yang kompleks yang memerlukan perencanaan, proses berpikir analitik dan sintetik, pengetahuan dan penguasaan,  fitur linguistik, dan pengetahuan mengenai kondisi lingkungan sosial dan budaya seperti dinyatakan Sharpless (1999: 6).

Menurut Nurgiantoro (1987:270), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manivestasi kemampuan berbahasa paling akhir dikuasai siswa setelah mendengarkan, berbicara, dan membaca.Dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa itu, menulis lebih sulit untuk dikuasai.

Sejalan dengan itu, menulis juga dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan sosial di mana tulisan itu digunakan. Weigle (2002: 29)) mengatakan bahwa menulis bukan semata-mata memerlukan kemampuan kognitif dan linguistik dari penulisnya tetapi juga memahami konteks sosial dan budaya.  Hal ini menjadi relevan  karena menulis berlangsung pada konteks sosial yang memiliki tujuan khusus atau tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pembacanya. Sperling (1996) dalam Weigle (2002: 29) mengatakan bahwa  menulis adalah kegiatan penggunaan bahasa yang dibentuk, ditentukan dan dipengaruhi oleh realitas sosial dan budaya dan individu itu sendiri yang memiliki tujuan sosial.

Berkaitan  dengan menulis  dipengaruhi  dan dibentuk oleh aspek sosial dan budaya, Hayes (1996) dalam Weigle (2002: 19) lebih lanjut berpendapat:
"Menulis pada hakikatnya merupakan produk sosial dan  yang dilaksanakan dan digunakan pada lingkungan sosial. Apa yang ditulis, bagaiamana menulisnya, dan untuk siapa tulisan itu dibentuk dan ditentukan oleh konvensi sosial dan pengalaman interaksi penulis dan pembaca. Genre menulis dihasilkan dan dipengaruhi oleh penulis sendiri dan  frase atau bahasa yang digunakan sering mencerminkan pengalaman bahasa dan penulis sebelumnya yang pernah ditulis."

Sejalan dengan pendapat di atas, dalam menulis berbasis genre khsususnya, seorang penulis juga harus harus memperhatikan dan menguasai hal-hal seperti
1. tujuan menulis (purpose),
2. kepada siapa tulisan itu ditujukan/pembaca (reader),
3. struktur retorik (rhetorical structure),
4. realiasasi penggunaan bentuk kebahasaan (linguistic realization or grammatical patterns), dan
5. perangkat tekstual (textual devices).

Kelima indikator/karakteristik ini harus diimplementasikan oleh penulis agar tulisannya dapat  dipahami oleh penulis sendiri dan pembaca sebagaimana diungkapkan Pardiyono (2007: 8).

Menurut Howard dan Barton (dalam Indriati, 2006:34), menulis adalah
1. kegiatan simbolik yang membuahkan makna,
2. bagaikan kegiatan di atas pentas untuk menyampaikan makna kepada orang lain, dan
3. cara untuk mengekspresikan diri dan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Dari ketiga definisi tersebut mengandung makna bahwa menulis merupakan kegiatan di atas kertas. Bahan tulisan di atas kertas bagaikan penampilan pemain drama di atas pentas. Apabila pemain tidak menguasai skenario drama dan  penguasaan panggung, maka penonton tidak akan memahami/mengerti apa yang di maksud oleh pemain drama tersebut. Begitu juga dengan kegiatan menulis, apabila tulisan tidak menarik, dan tidak baik (dalam hal ini tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku) maka pembaca tidak akan mengerti apa yang dimaksud oleh penulis.

Berkaitan dengan menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa yang sulit dan kompleks, White dan Arnd (2001: 3) mengatakan:
"Menulis adalah bentuk pemecahan masalah yang melibatkan proses pengembangan gagasan, menemujkan 'suara' yang akan  ditulis, setting tujuan, memantau dan mengevaluasi aoa yang akan ditulis dan juga yang sudah ditulis serta mencari bahasa yang mengekspresikan arti sebenarnya."

Sulitnya menulis juga diutarakan oleh Hyland (2003: 2) yang mengatakan bahwa
"Menulis itu sulit sebab ia mencakup sejumlah komponen seperti struktur bahasa, fungsi teks, tema atau topkekspresi yang kreatif, proses mengarang, isi dan genre serta konteks penulisan. Dan menulis merupakan tindakan kreatif penemuan diri serta penemuan arti."

Merujuk pada kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses menuangkan dan menyampaikan ide dan menemukan ide untuk ditulis, menentukan tujuan, melakukan monitoring dan mengevaluasi apa yang sudah ditulis untuk direvisi dan diperbaiki dengan menggunakan kaidah kebahasaan yang benar untuk menyampaikannya dengan makna yang tepat dan akurat serta efektif.

Berkaitan dengan kejelasan dan keakuratan menulis,  agar  informasi dan pesan yang dituangkan dalam menulis (written text) agar dapat dimaknai oleh pembaca  juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti diungkapkan Pardiyon0 (2007: 8) yakni
1. efektivitas penggunaan bahasa,
2. penulis teks, 
3. tulisan itu sendiri,
4. dan pembaca sebagai penerima informasi.

Kemudian Hyland (2003: 79) menambahkan bahwa dalam pembelajaran menulis ada tiga elemen kerangka (tripartite-framework) yang harus dipahami oleh pengajar yang kemudian disebut “elements of a writing pedagogy.”  Ketiga elemen tersebut adalah
1. penulis,
2. teks/tulisan, dan
3. pembaca.
Pemahaman elemen-elemen tersebut sangat membantu pembelajar dan pengajar dalam proses menulis.

Dia lebih lanjut menguraikan ketiga elemen tersebut secara detail.
1.Penulis (Writer-student)-elemen penulis yang perlu diperhatikan oleh pengajar/dosen meliputi
   a kemampuan awal terhadap bahasa yang sedang dipelajari (asing/kedua), latar belakang bahasa pertama, 
   b.pengalaman sebelumnya mengenai kegiatan menulis,
   c kemampuan kognisi secara umum dan faktor motivasi,
   d pengetahuan tentang topik atau tema menulis, dan
   e proses menulis yang diterapkan.
2. Teks (text)-elemen-elemen teks itu sendiri dapat berupa
   a keautentikan dari tujuan dan latihan-latihan/tugas dari menulis itu sendiri,
   b  jumlah dan variasi dari tugas tugas yang diberikan dalam menulis, dan
   c model dan pengembangan serta ekplorasi genre menulis, dan
   d keluasan dan jangkuan kemungkinan retorika dan eksiko-gramatika  yang dibutuhkan dan digunakan.
3. Pembaca (reader)-agar tulisan sesuai dengan sasarannya-pembaca,, seorang penulis juga harus memperhatikan hal-hal seperti
   a orientasi target pembaca khusus atau pembaca wacana tertentu (particular discourse community),
   b kebutuhan riil bagi pembaca yang memiliki dimensi yang beragam,
   c kesadaran akan tingkat kesesuain dari keterlibatan dan interaksi strategi, dan 
   d  pentingnya feedback dan respon dari pembaca.

Menurut Wiyanto (2004:2), kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Gagasan merupakan hasil pemikiran mengenai sesuatu sebagai pokok atau tumpuan untuk pemikiran selanjutnya. Setiap penulis mempunyai pikiran yang ingin disampaikan atau dikomunikasikan kepada orang lain. Dalam hal ini, menterjemahkan ide-ide kedalam bentuk huruf-huruf.

Huruf dan tanda baca menjadi wakil bunyi bahasa yang berisikan gagasan ditulis di sebuah media untuk disampaikan kepada orang lain. Jadi, pada hakikatnya menulis merupakan proses kegiatan memanfaatkan lambang-lambang grafis untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pesan dengan menggunakan alat tulis.

Menurut Angelo (1980: 5)Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu tugas terpenting sang penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu.

Lebih lanjut Angelo (1980: 20) mengungkapkan, penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu sebagai berikut.
1. Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca).
2. Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan, atau teman sang penulis).
3. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan  berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan sebagainya) .


Referensi

Angelo, Frank J.1980. Composition in the Classical Tradition. New York: Allyn & Bacon.

Howard, V.A. and J.H. Barton. 1986. Thinking on Paper. New York: Harper Collins.

Hyland, Ken. 2003. Second Language Writing. London: Cambridge University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. BPFE: Yogyakarta.

Pardiyono. 2007. Pasti Bisa:Teaching Genre Based Writing. Yogyakarta: Andi.

Reid. M. Joy. 1987. Teaching ESL Writing. Wyoming: Prentice Hall Regent.

Ron  White dan  Valerie Arndt. 2001. Process Writing.
New York: Longman.Sharples, Mike. 1999. New York:Routledge.

Weigle, Sarah Cusging. 2002. Assessing Writing. London: Cambridge: Cambridge University Press.

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar